Jumat, 14 Desember 2012

Tentang Tari


PENGERTIAN TARI
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.
Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.
Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.
Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus.
Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21). Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).
Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat.
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.
Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.
Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.
Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya. John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.
Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.
Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.
Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.
Oleh sebab itu, tari lahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari koreografer yang menyusunnya.
Sependapat kedua pakar di atas, Corry Hamstrong menyatakan bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu.
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.
Untuk memperoleh pengertian tari lebih mendalam, maka diperlukan informasi tentang unsur tari, aspek tari, dan pendukung tari melalui sumber media dalam bentuk foto-foto, VCD/DVD serta media lain.

Tentang Tari


PENGERTIAN TARI
Unsur utama yang paling pokok dalam tari adalah gerak tubuh manusia yang sama sekali lepas dari unsur ruang, dan waktu, dan tenaga.
Tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika.
Beberapa pakar tari melalui simulasi di bawah ini beberapa tokoh yang mendalami tari menyatakan sebagai berikut.
Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Secara tidak langsung di sini Haukin memberikan penekanan bahwa tari ekspresi jiwa menjadi sesuatu yang dilahirkan melalui media ungkap yang disamarkan.
Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam wujud yang lebih tinggi harus diinternalisasikan.
Untuk menjadi bentuk yang nyata maka Suryo mengedepankan tentang tari dalam ekspresi subyektif yang diberi bentuk obyektif (Meri:1987, 12). Dalam upaya merefleksikan tari kedua tokoh sejalan.
Kesejalanan yang dikembangkan berhubungan dengan konsep tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyarakat. Laju pertumbuhan tari memberi corak budaya yang lebih variatif, dinamis, dan sangat beragam intensitas pendalamannya. Oleh sebab itu dalam beberapa tahun ke depan tari menjadi semakin memiliki aura yang diharapkan digali terus menerus.
Dalam perkembangan berikut, tari disampaikan oleh Soedarsono bahwa tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang diubah melalui gerak ritmis yang indah. Sejalan dengan pendapat kedua tokoh terdahulu dalam buku ini, pada prinsipnya masalah ekspresi jiwa masih menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Pernyataaan yang mendasar tentang ekspresi jiwa manusia menjadi salah satu kunci tari menjadi bagian kehidupan yang mungkin hingga waktu mendatang selalu menjadi tumpuhan perkembangannya.
Dalam konteks yang masih sama Soeryodiningrat memberi warna khasanah tari bahwa beliau lebih menekankan kepada gerak tubuh yang berirama. Hal ini seperti terpetik bahwa tari adalah gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik atau gamelan diatur oleh irama sesuai dengan maksud tujuan tari (Soeryodiningrat: 1986, 21). Lebih jauh lagi ditambahkan CurtSach bahwa tari merupakan gerak yang ritmis (CurtSach: 1978, 4).
Tari sering kita lihat dalam berbagai acara baik melalui media televisi (TV), maupun berbagai kegiatan lain seperti pada acara khusus berupa pergelaran tari, paket acara tontonan yang diselenggarakan misalnya oleh Taman Mini Indonesia Indah (TMII), paket acara yang digelar oleh Pasar Seni Ancol, dan acara tontonan dalam kegaiatan kenegaraan maupun acara-acara yang berkaitan dengan keagamaan, perkawinan maupun pesta lain yang berhubungan dengan adat.
Tari merupakan salah satu cabang seni, dimana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.
Sebagai sarana komunikasi, tari memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Pada berbagai acara tari dapat berfungsi menurut kepentingannya. Masyarakat membutuhkan tari bukan saja sebagai kepuasan estetis, melainkan dibutuhkan juga sebagai sarana upacara Agama dan Adat.
Apabila disimak secara khusus, tari membuat seseorang tergerak untu mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan, dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati, dan kepuasan tersendiri terutama bagi pendukungnya.
Tari pada kenyataan sesungguhnya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bagi tari. Gerakan tubuh dapat dinkmati sebagai bagian dari komunikasi bahasa tubuh. Dengan itu tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak.
Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, hal tersebut menjadi alat ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.
Peranan tari sangat penting dalam kehidupan manusia. Berbagai acara yang ada dalam kehidupan manusia memnfaatkan tarian untuk mendukung prosesi acara sesuai kepentingannya. Masyarakat membutuhkannya bukan saja sebagai kepuasan estetis saja, melainkan juga untuk keperluan upacara agama dan adat.
Dalam konteksnya, beberapa unsur gerak tari yang tampak meliputi gerak, ritme, dan bunyi musik, serta unsur pendukung lainnya. John Martin dalam The Modern Dance, menyatakan bahwa, tari adalah gerak sebagai pengalaman yang paling awal kehidupan manusia. Tari menjadi bentuk pengalaman gerak yang paling awal bagi kehidupan manusia.
Media ungkap tari berupa keinginan/hasrat berbentuk refleksi gerak baik secara spontan, ungkapan komunikasi kata-kata, dan gerak-gerak maknawi maupun bahasa tubuh/gestur. Makna yang diungkapkan dapat diterjemahkan penonton melalui denyut atau detak tubuh. Gerakan denyut tubuh memungkinkan penari mengekspresikan perasaan maksud atau tujuan tari.
Elemen utamanya berupa gerakan tubuh yang didukung oleh banyak unsur, menyatu-padu secara performance yang secara langsung dapat ditonton atau dinikmati pementasan di atas pentas. Dengan demikian untuk meperoleh gambaran yang jelas tentang tari secara jelas.
Seperti dikutip oleh M. Jazuli dalam (Soeryobrongto:1987, 12-34) dikemukakan bahwa gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik adalah tari. Irama musik sebagai pengiring dapat digunakan untuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin disampaikan pencipta tari melalui penari (Jazuli, 1994:44).
Pada dasarnya gerak tubuh yang berirama atau beritmeritme memiliki potensi menjadi gerak tari. Salah satu cabang seni tari yang di dalamnya mempelajari gerakan sebagai sumber kajian adalah tari. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu bergerak. Gerak dapat dilakukan dengan berpindah tempat (Locomotive Movement). Sebaliknya, gerakan di tempat disebut gerak di tempat (Stationary Movement).
Hal lain juga disampaikan oleh Hawkins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya (Hawkins, 1990:2). Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.
Di sisi lain Sussanne K Langer menyatakan, tari adalah gerak ekspresi manusia yang indah. Gerakan dapat dinikmati melalui rasa ke dalam penghayatan ritme tertentu. Apabila ke dua pendapat di atas digabungkan, maka tari sebagai pernyataan gerak ritmis yang indah mengandung ritme.
Oleh sebab itu, tari lahir merupakan ungkapan hasrat yang secara periodik digerakan sebagai pernyataan komunikasi ide maupun gagasan dari koreografer yang menyusunnya.
Sependapat kedua pakar di atas, Corry Hamstrong menyatakan bahwa, tari merupakan gerak yang diberi bentuk dalam ruang. Pada sisi lain Suryodiningrat seorang ahli tari Jawa dalam buku Babad Lan Mekaring Djoged Djawi menambahkan, tari merupakan gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan irama musik (gamelan) diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud tertentu. Soedarsono menyatakan bahwa, tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diaungkapkan dengan gerak-gerak ritmis yang indah. Dengan demikian pengertian tari secara menyeluruh merupakan gerak tubuh manusia yang indah diiringi musik ritmis yang memiliki maksud tertentu.
Dengan demikian dapat diakumulasi bahwa tari adalah gerak-gerak dari seluruh anggota tubuh yang selaras dengan musik, diatur oleh irama yang sesuai dengan maksud dan tujuan tertentu dalam tari. Di sisi lain juga dapat diartikan bahwa tari merupakan desakan perasaan manusia di dalam dirinya untuk mencari ungkapan beberapa gerak ritmis.
Tari juga bisa dikatakan sebagai ungkapan ekspresi perasaan manusia yang diubah oleh imajinasi dibentuk media gerak sehingga menjadi wujud gerak simbolis sebagai ungkapan koreografer. Sebagai bentuk latihanlatihan, tari digunakan untuk mengembangkan kepekaan gerak, rasa, dan irama seseorang. Oleh sebab itu, tari dapat memperhalus pekerti manusia yang mempelajarinya.
Untuk memperoleh pengertian tari lebih mendalam, maka diperlukan informasi tentang unsur tari, aspek tari, dan pendukung tari melalui sumber media dalam bentuk foto-foto, VCD/DVD serta media lain.

Minggu, 23 September 2012

METODE DAN TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA ( INDONESIA)

METODE DAN TEKNIK – TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA ( INDONESIA)

1. Pembelajaran Mendengar
Metode pengajaran mendengarkan yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain: a. Metode Audiolingual; b. Metode Komunikatif; c. Metode Integratif.  Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran mendengarkan yang dapat diterapkan di SD, antara lain:
a) Mendengarkan Cerita
Tujuan:
Siswa dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat tentang cerita yang didengarnya. Siswa mendengarkan cerita yang diputar atau dilisankan.
Alat yang digunakan:
Kaset cerita dan tape recorder. (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara persorangan maupun kelompok)
Cara pelaksanaan:
(1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu,
(2) putarkanlah kaset cerita yang cocok dengan siswa,
(3) siswa mendengarkan cerita yang diputar tersebut,
(4) siswa secara berkelompok mengidentifikasikan cerita berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa, mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) siswa mendiskusikan hasil identifikasi ke dalam kelompok,
(6) siswa melaporkan hasil diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian,
(7) siswa menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
b) Mendengarkan Berantai
Tujuan:
Siswa dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Siswa mendengarkan informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok.
Alat yang digunakan:
Catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan (ada tiga catatan informasi yang direkayasa). (Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat dilaksanakan secara kelompok)
Cara pelaksanaan:
(1) guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu,
(2) siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota per kelompok sama jumlahnya,
(3) siswa dalam kelompok diatur dengan berjajar ke samping atau ke belakang,
(4) setelah posisi siswa sesuai dengan yang diharapkan, guru memanggil siswa yang paling depan atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan guru secara rahasia,
(5) siswa yang menerima informasi tersebut secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya (berdasarkan posisi kelompok),
(6) secara berantai siswa membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian,
(7) siswa yang paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari teman depannya,
(8) siswa depan mencocokkan dengan informasi yang asli
(9) berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang berjenis-jenis (beberapa informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap,
(10) siswa menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.

2.  Pembelajaran Berbicara
Metode Pengajaran berbicara yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain:
a. Metode Audiolingual;
b. Metode Produktif;
c. Metode Langsung;
d. Metode Komunikatif;
e. Metode Integratif;
f. Metode Partisipatori.
Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan di SD, antara lain:
a) Bermain Peran
Tujuan:
Siswa dapat memerankan tokoh tertentu dengan ucapan yang tepat. Siswa menirukan gaya tokoh yang diidentifikasikan dengan ucapan yang mirip atau sama.
 Alat yang diperlukan:
Lembar folio kosong. (Kegiatan dilakukan secara perorangan).
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) siswa membagi diri ke dalam kelompok,
(3) siswa mengidentifikasikan tokoh yang akan diperankan,
(4) siswa memerankan tokoh di depan kelompok lain,
(5) kelompok lain memberi komentar tentang peran dari anggota kelompok lain,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu
b) Cerita Berangkai
Tujuan:
Siswa dapat melanjutkan cerita yang disampaikan temannya dengan tepat dan dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok (5 orang) berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu yang diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri.
Alat yang diperlukan:
Buku catatan (Kegiatan dilakukan secara perorangan).
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) siswa membagi kelompok,
(3) kelompok menentukan topik yang akan dibawakan di depan kelas,
(4) siswa bercerita secara berangkai di depan kelas,
(5) kelompok lain memberi komentar tentang cerita berangkai temannya,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
c) Menerangkan Obat/Makanan/Minuman/Benda Lainnya
Tujuan:
Siswa dapat menjelaskan sesuatu secara runtut dan benar. Siswa menerangkan sebuah benda yang sudah mereka kenal. Dalam waktu singkat mereka menerangkan mengenai karakter benda tersebut. Benda dapat berupa minuman, obat-obatan, makanan, tas, sepatu, dan lain-lain.
Alat yang diperlukan:
Botol obat, botol minuman, makanan instant, tas, bolpoint, dan lain-lain. (Kegiatan dilakukan secara kelompok).
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang kegiatan hari itu,
(2) siswa mengambil benda yang mereka kenal,
(3) dalam waktu dua menit, secara bergantian siswa menerangkan karakteristik benda yang mereka bawa ke dalam kelompok,
(4) siswa lain memberi komentar tentang penjelasan temannya,
(5) siswa merefleksikan proses pembelajaran yang mereka alami,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.

3.  Metode Pembelajaran Membaca
Metode pengajaran membaca yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain: a. Metode Membaca b. Metode Komunikatif c. Metode Integratif d. Metode Tematik e. Metode Kuantum f. Metode Partisipatori  Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran membaca yang dapat diterapkan di SD, antara lain:
a) Mengubah Bacaan ke dalam Gambar
Tujuan:
Siswa dapat memaknai bacaan dengan cara membuat gambar menurut persepsinya. Siswa membaca sebuah bacaan. Kemudian, siswa membuat gambar yang dapat menampung isi bacaan.
Alat yang digunakan:
Teks bacaan dan alat tulis menulis. (Kegiatan tersebut dapat dilakukan perseorangan maupun kelompok).
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan pengantar mengenai teknik pembelajaran mengubah bacaan ke dalam gambar,
(2) guru membagikan teks bacaan kepada masing-masing siswa,
(3) siswa mulai membaca, setelah itu langsung menuangkan ke dalam gambar,
(4) siswa memberikan makna gambar tersebut,
(5) siswa mempresentasikan hasil pemaknaan yang mereka buat,
(6) siswa lain mengomentari presentasi temannya,
(7) guru memberikan refleksi hasil pembelajaran hari itu.
b) Membaca Bergantian
 Tujuan:
Tujuan teknik pembelajaran membaca bergantian adalah agar siswa dapat membaca bersuara sesuai dengan intonasi dan lafal dengan tepat. Siswa dengan bersuara membaca tiap paragraf secara bergantian dengan pasangannya.
Alat yang diperlukan:
Teks bacaan. (Kegiatan ini dilakukan secara berpasangan).
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan penjelasan singkat tentang pembelajaran hari itu,
(2) guru mengajak siswa untuk berpasangan,
(3) siswa membuka buku bacaan dan membaca pada bab yang sudah ditentukan dengan bersuara,
(4) siswa (pasangannya) menyimak dan memberikan penilaian kepada pasangannya yang sedang membaca,
(5) siswa saling berdiskusi mengenai kekurangan masing-masing baik intonasi dan lafal dalam membaca,
(6) siswa mengomentari hasil pembelajaran tersebut,
(7) guru merefleksikan kegiatan hari itu.
c) Membaca Memindai
Tujuan:
Siswa dapat menemukan secara cepat kata, nomor, lambang, dan apa saja yang dibutuhkan dari daftar panjang, pengumuman, iklan, daftar telepon, dan nomor acak. Siswa dalam melakukan kegiatan membaca disuruh menemukan nomor, gambar, atau kata yang dianggap penting.
Alat yang digunakan:
Daftar kata, nomor, gambar, atau simbol. (Kegiatan dilakukan secara perorangan).
Cara menerapkan:
(1) guru memberikan sedikit pengantar tentang teknik membaca memindai,
(2) guru memberikan daftar kata, nomor, atau simbol (pilih salah satu),
(3) siswa mengidentifikasi daftar sambil memberi tanda garis bawah pada yang dianggap penting berdasarkan pertanyaan yang diberikan, misalnya
cari nomor telepon 4266532,
(4) siswa melaporkan hasilnya di depan kelas,
(5) siswa lain mengomentari hasil presentasi temannya,
(6) guru merefleksikan hasil pembelajaran hari itu.
d) Membaca Ekstensif
Tujuan:
Siswa dapat mengintegrasikan isi bacaan dari berbagai bacaan dalam topik yang sama. Siswa menjelaskan inti bacaan menurut persepsinya masing-masing setelah membaca topik yang sama dari berbagai bacaan (koran, majalah, buku teks, dan buku pengetahuan tentang topik yang sama).
Alat yang digunakan:
Berbagai macam bacaan yang berbeda-beda dalam topik yang sama.
Cara menerapkannya:
(1) guru memberikan penjelasan mengenai teknik pembelajaran membaca ekstensif,
(2) guru memberikan masing-masing siswa bacaan dengan topik yang sama, antara siswa yang satu dengan yang lain tetapi berbeda sumber (ada yang dari koran, majalah, dsb),
(3) dalam waktu tertentu bacaan secara bergilir saling dipertukarkan,
(4) siswa memberikan penjelasan inti dari masing-masing bacaan yang mereka baca,
(5) siswa lain memberikan tanggapan mengenai penjelasan temannya,
(6) guru memberikan refleksi kegiatan hari itu.

4. Metode Pembelajaran Menulis
Metode pengajaran menulis yang dapat diterapkan untuk pembelajaran bahasa Indonesia di SD antara lain: a. Metode Produktif b. Metode Komunikatif c. Metode Integratif d. Metode Tematik e. Metode Kuantum f. Metode Partisipatori g. Metode Konstruktif.  Dari metode di atas ada beberapa teknik pembelajaran berbicara yang dapat diterapkan di SD, antara lain:
a) Menulis dari Gambar
Teknik pembelajaran menulis dari gambar bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa. Dari gambar tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar. Alat yang dibutuhkan adalah gambar-gambar yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran, yang berukuran sama dengan kalender besar. Teknik ini dapat dijalankan secara persorangan maupun secara kelompok

Cara menerapkan:
(1) guru menyampaikan pengantar,
(2) guru menempelkan beberapa gambar di depan kelas,
(3) setelah siswa melihat gambar tersebut, siswa mulai mengidentifikasi gambar dan dari identifikasi itu siswa membuat tulisan secara runtut dan logis,
(4) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan
(5) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.  Upayakan gambar yang disajikan sesuai dengan tema pembelajaran yang dipelajari pada minggu itu. Guru dapat memilih gambar yang cocok dengan karakteristik kelas. Gambar yang telah digunakan siswa dapat ditarik kembali untuk bahan pembelajaran berikutnya.
b) Menulis Objek Langsung
Tujuan:
Agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek yang dilihat. Guru menunjukkan objek kepada siswa di depan kelas, misal boneka, vas bunga, mobil-mobilan, dan lain-lain. Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarka objek yang dilihatnya. Alat yang dibutuhkan adalah objek-objek yang bervariasi sesuai dengan tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan secara perseorangan maupun secara berkelompok.
Cara menerapkan:
(1) guru menyampaikan pengantar,
(2) guru memajang beberapa objek di depan kelas,
(3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek,
(4) siswa membuat tulisan secara runtut dan logis,
(5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya, dan
(6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.
c) Pembandingan Objek Langsung
Teknik pembelajaran ini bertujuan agar siswa dapat menulis perbandingan berdasarkan objek yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan dua benda (objek) yang sama tetapi berbeda bentuk, warna, fungsi, dan lain-lain. Siswa menulis dengan cara membandingkan dua objek yang telah diidentifikaikannya. Dari objek tersebut siswa dapat membuat tulisan secara runtut dan logis berdasarkan objek yang dilihat.
Alat yang dibutuhkan
adalah benda-benda yang bervariasi sesuai denga tema pembelajaran. Teknik ini dapat dijalankan baik perorangan maupun kelompok.
Cara menerapkan:
(1) Guru menyampaikan pengantar,
(2) guru memajang dua benda  (objek) yang sama namun lain warna, fungsi, bentuk, dan lain-lain di depan kelas,
(3) setelah siswa melihat objek tersebut, siswa mulai mengidentifikasi objek,
4) siswa menulis perbandingan secara runtut dan logis,
(5) guru bertanya kepada siswa tentang alasan tulisan yang dibuatnya.
(6) guru merefleksikan pembelajaran tersebut.
d) Meneruskan Tulisan
Dari teknik pembelajaran meneruskan tulisan, diperoleh kemampuan siswa dalam melengkapi ide atau gagasan secara baik dalam sebuah tulisan melalui penambahan beberapa paragraf. Dalam proses melengkapi tersebut, siswa berada dalam kondisi senang, ceria, dan penuh dengan tantangan dalam komunitas belajar yang kompetitif.
Alat yang digunakan adalah lembaran fotokopi tulisan yang belum selesai gagasannya, (tulisan tersebut semestinya 10 paragraf tetapi yang 3 paragraf terakhir dibuang) kemudian siswa menambahkan paragraf sesuai dengan idenya. Fotokopi sesuai dengan jumlah siswa. Pelaksanaan teknik ini dapat berupa persorangan atau kelompok.  Biasakan sebelum memulai, siswa dikondisikan melalui kegiatan persepsi lewat berbagai cara, misalnya nyanyian, puisi, permainan, dan gerakan. Dalam pelaksanaan teknik ini :
(1) guru memberikan persepsi atau pengantar,
(2) bagi kelompok (kalau penerapannya dalam kelompok),
(3) guru memberikan rambu-rambu pelaksanaan,
(4) guru memberikan lembar fotokopi kepada siswa,
(5) setelah diberi waktu dan aba-aba, siswa mengerjakan tugas berupa meneruskan tulisan yang belum selesai dengan idenya sendiri
(6) setelah waktu yang diberikan habis, siswa melaporkan hasilnya di depan kelas,
(7) guru bertanya kepada siswa alasan tulisan tersebut, dan
(8) guru merefleksikan hasil kegiatan tersebut.


Sumber : Modul KKG BERMUTU  Bahasa Indonesia SD
Alamat web : http://hasanjoen.blogspot.com/2010/08/aplikasi-metode-dan-teknik-teknik.html